Jumat, 27 April 2018

Jangan jadi Bodoh!

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. -- Yohanes 12:24
Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. -- 1 Korintus 15:35-37

Pandangan yang menolak kebangkitan tidak saja dibangun atas dasar pengamatan bahwa tidak pernah ada orang mati yang bangkit. Argumen pendukung anggapan itu yang kini dikonter oleh Paulus adalah: 1) Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? dan 2) Dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali? Argumen ini jelas didasari atas paham bahwa segala sesuatu materi belaka adanya. Argumen pertama berpikir jasad orang mati yang dimakan ikan di laut, yang hancur dalam ledakan pesawat terbang, yang busuk dimakan belatung lalu berangsur terurai menjadi zat-zat kimia semata -- bagaimana mungkin bisa dibangkitkan? Argumen kedua berpikir lanjut jika jasad orang sudah rusak, lenyap, terurai menyatu dengan binatang yang memakannya atau tersisa tulang dan zat-zat yang telah menjadi tanah, jika ada kebangkitan lalu dengan tubuh apa mereka kembali?
Di dasar argumen-argumen materialistis ini ada praanggapan terdalam yaitu kepercayaan yang sudah Paulus tegur di ayat sebelum ini, yaitu mereka tidak mengenal Allah. Tidak percaya adanya Allah atau tidak percaya bahwa Allah adalah Keberadaan Pribadi Kekal yang Mahakuasa, Mahabijak, Mahaanugerah yang telah mencipta, mengatur, memelihara dan yang akan mengerjakan kebangkitan tubuh kita sebagaimana Ia telah membangkitkan Yesus Kristus. Itu sebabnya Paulus kini menegur lebih keras lagi: "Hai orang bodoh." Kepercayaan yang menolak Allah dan semua pemikiran turunan dari kepercayaan itu adalah kebodohan, betapa pun logis, cermat, meyakinkan kesan yang ditimbulkannya. Bantahan terhadap materialisme itu bukan sekadar dengan merujuk ke hukum alam -- semua tanaman, tumbuhan, pepohonan melalui proses hukum mati-hancur-tunas-tumbuh, melainkan kepada Dia yang mengatur proses alami itu yaitu TUHAN Allah. Dan keajaiban dari penyelenggaraan ilahi ini ialah yang tumbuh sesudah mati itu adalah hidup dalam wujud yang baru -- biji-bijian yang telanjang, kecil, hina tumbuh menjadi pohon yang wujudnya ber-"pakaian," besar dan indah/mulia.
Apabila kita sungguh percaya Allah sanggup mengadakan kebangkitan dan menyebabkan wujud tubuh kebangkitan yang mulia, tidak sanggupkah Ia menolong kita melalui berbagai proses "kematian" yang harus kita tanggung di sini kini -- yaitu kesukaran, tantangan, hambatan, kelemahan, dlsb? Bukankah pengharapan akan kebangkitan nanti boleh menjadi kekuatan besar untuk kita menang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar