Selasa, 25 September 2012

Kemurnian Allah


Kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." - Yesaya 6:5

 
Aspek keempat tentang kekudusan Allah, yaitu kemurnian-Nya sering kita pikirkan secara terpisah. Yesaya mencerap kemurnian ini, dan kepekaan bahwa dirinya tercela dan tidak layak bersekutu dengan Allah meluapi dirinya. Dosa adalah ketidakmurnian dalam kaitan dengan kemurnian Allah dan seperti Yesaya merasa najis di hadapan Allah ketika teringat akan dosa-dosanya, demikian juga orang yang berpikiran benar.

            “Aku seorang yang najis bibir,” ujar Yesaya. Ia terpikir tentang dosa khususnya dalam berbicara. Alkitab banyak bicara tentang dosa itu, sebab dosa tersebut memperlihatkan apa yang ada dalam hati seseorang (Luk. 6:45). Kita memakai karunia bicara dari Allah itu untuk mengungkapkan kebencian dan menjatuhkan orang lain; kita bergosip (“seni” mengakui dosa orang lain); kita menipu dan memanfaatkan orang lain, membodohi dan mengkhianati dengan berbohong kepada mereka; kita memurahkan hidup dan menghancurkan relasi dengan pembicaraan yang memalukan, dan menghina. Barangkali dalam menyampaikan pesan Allah, nabi Yesaya telah lebih mementingkan reputasi menjadi pembicara terkenal daripada menjadi pengkhotbah yang memuliakan Allah. Jika demikian, bibirnya najis sebab hatinya telah bersalah.

            “Aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir,” lanjut Yesaya. Dengan perkataan itu, barangkali, ia mengakui bahwa ia telah ikut-ikutan orang banyak, dalam cara bicara mereka, berbicara seenaknya dan mengucapkan hal-hal yang tidak pantas, sampai menyimpang karena teladan buruk di sekitarnya. Barangkali untuk pertama kalinya ia melihat dirinya sebagai seorang yang munafik dan kompromi dengan jalan dunia. Dalam pengakuan ini ia mengutarakan rasa malunya dengan kesadaran penuh.

 
Apakah tiap hari Anda meminta Allah menjadi Tuhan atas cara bicara Anda? Haruskah? Ada baiknya mempelajari ajaran Alkitab tentang kata, bicara, dan lidah.

Tuhan, apakah aku menolerir hal-hal yang kemurnian-Mu tidak dapat mentolerirnya? Tunjukkan aku Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar