Kamis, 27 September 2012

Lebih Pribadi dari Kita


Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. - 2 Korintus 13:14

 
Agak bebas dan bahaya mengatakan bahwa Allah adalah pribadi. Yesus mengklaim bahwa Ia adalah Anak Allah dan berdoa kepada Allah yang di surga yang Ia sebut Bapa. Ia berjanji akan mengutus penghibur kedua atau paraklete (penasihat, pembimbing, sahabat, pemberdaya, pendamping, pendukung); yaitu, Roh Kudus yang datang pada Hari Pentakosta.

            Salah jika Anda berpikir bahwa Anda tidak dapat menjadi seorang pribadi kecuali memiliki tubuh. Ada kesan bahwa tubuh saya adalah saya tetapi juga bahwa tubuh saya bukan saya. Misalnya, segala macam imajinasi bisa terjadi dalam imajinasi aktif saya tanpa ada kaitan langsung dengan tubuh. Dan jika saya dapat memiliki kehidupan pribadi tanpa tubuh, Allah pun dapat.

            Kita harus hati-hati terhadap usulan apa pun yang menganggap bahwa hakikat Allah kurang pribadi dibanding kita. C. S.  Lewis mengisahkan tentang seorang gadis yang dibesarkan untuk percaya bahwa gambaran pribadi tentang Allah terkesan kasar dan primitif, lalu diajar untuk berpikir tentang Allah sebagai semacam zat yang lebih mulia. Kemudian hari ia mulai merenungkan hal ini dan menemukan bahwa sesungguhnya ia sedang menganggap Allah segaris dengan puding beras. Celakanya, ia tidak suka puding beras! Jika kita tidak menganggap Allah sebagai sepenuhnya pribadi, kita menganggap Ia lebih rendah dari kita. Sebenarnya justru ia yang lebih pribadi daripada kita, sebab keberadaan pribadi diwujudkan dalam relasi pribadi, dan relasi kasih timbal balik antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus jauh lebih kaya daripada relasi mana pun yang Anda dan saya kenal.
 

Apa yang ada di pikiran Anda ketika berpikir tentang Allah? Kosong? Lukisan seniman tentang Yesus? Atau apa?

Tuhan, kiranya Roh-Mu memenuhi pikiranku dengan gambaran alkitabiah yang benar tentang-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar