Rabu, 19 September 2012

Miskin dalam roh


Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. - Matius 5:3

 
Kata yang diterjemahkan “miskin,” dalam bahasa Yunaninya jauh lebih kuat: “pengemis.” Seorang pengemis adalah orang yang bangkrut, merana, dan di luar pertolongan; ia tidak punya sumber, tanpa prospek, dan tiada harapan di dalam dan di luar dirinya. Yang Yesus katakan ialah: “Keberkatanlah (bahagia, beruntung, patut dicemburui, dan dianggap istimewa) para pengemis rohani; mereka yang sedemikian sadar akan dan direndahkan oleh kepapaan rohani mereka sampai mereka siap mengakui kebutuhan mereka secara terbuka.” Di sini Yesus menantang ide yang lazim diterima dalam Yudaisme bahwa seorang Yahudi, sebagai bagian dari umat perjanjian Allah, ada dalam posisi untuk menerima perkenan Allah. Kebenarannya ialah bahwa tak seorang pun kita memiliki hak, kelayakan, sesuatu yang dapat membuat kita dipuji, untuk mendapat perkenan Allah. Kita semua “salah, jahat, dan tak berdaya.”

            Kerajaan surga adalah suatu kehidupan baru, suatu tatanan realitas baru, suatu gaya hidup baru. Kita datang ke kerajaan dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan raja atas hidup kita. Hidup dalam kerajaan adalah hidup pertobatan yang terus menerus, juga sebagai hidup iman dan kesukaan terus menerus dalam relasi baru kita dengan Allah. Terkadang Yesus bicara tentang kerajaan sebagai suatu realitas masa kini (Mat. 5:3, 10); terkadang sebagai realitas masa depan (Mat. 5:30). Tetapi relasi yang kita ikut di dalamnya, tetap adanya, meski di surga kelak pasti akan jauh lebih meriah. Relasi ini tidak untuk siapa pun kecuali para pengemis rohani, yang merespons Yesus sebagai Juruselamat ilahi dan Tuhan serta yang diterima oleh Allah Bapa demi Yesus.

 
Renungkan: Para pengemis bisa memilih, akan tetap duduk di pinggir jalan meminta-minta, atau menyambut undangan Yesus.

Tuhan, apakah Engkau ingin aku makin menyadari kehampaan hidupku tanpa Engkau dalam semua wilayah hidupku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar