Rabu, 12 September 2012

Kesukaan melalui Melayani


Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Yohanes 4:34

 
Yesus adalah teladan dalam semua segi kehidupan; juga menyangkut motivasi dan sikap Ia merupakan pengukur tentang apa arti menjadi manusia sejati. Jika manusia gagal mengasihi Allah dan sesama sebagaimana yang Allah maksudkan bagi kita, kita menjadi kurang manusiawi. Hanya jika kita menetapkan hati untuk meniru teladan Kristus, barulah kita memenuhi dan mengembangkan – sebagai lawan dari melanggar dan merusak – sifat manusiawi kita, yang memang telah banyak dirusak oleh hadirnya dosa. Dan hanya dengan cara ini kita dapat menemukan kesukaan sejati, yang secara integral selalu terikat dengan perasaan bahwa hidup kita berarti serta terpenuhi. Ketika Yesus berkata bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus-Nya dan menggenapi pekerjaan-Nya, ia sedang menyaksikan tentang kesukaan yang Ia dapatkan di dalam pelayanan Bapa-Nya – yaitu pelayanan yang memenuhi sifat-Nya sebagai Anak, dan juga setara dengan itu memenuhi sifat-Nya sebagai manusia.

            Untuk kita, sebagaimana untuk Yesus, realisasi penuh dari semua potensi khas manusiawi kita (suatu realisasi yang sekaligus merupakan inti kebebasan dan puncak kesukaan) ditemui bukan dalam kehendak diri, tetapi dalam pelayanan kepada Allah (yang untuk kita berarti melayani Anak dan Bapa, dan orang lain demi Tuhan). Jalan lain mungkin sesaat memberikan pemenuhan diri tetapi tidak memberikan kebebasan  atau kesukaan; dan pemekaran pengalaman kita yang dihasilkan oleh jalan lain itu tak bernilai dibandingkan dengan pengerdilan kemanusiaan sejati kita.

 
Dapatkah saya menggemakan ucapan Yesus ini?

Tuhan, luaskan pengalamanku akan Engkau supaya aku boleh bertumbuh dalam kemanusiaan sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar