Sabtu, 01 September 2012

Kenikmatan Hidup


Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itupun sia-sia."  - Pengkhotbah 2:1
 

Penulis Pengkhotbah menguji kenikmatan hidup dengan mencicipinya (2:1-11).

            Ia mencoba kesenangan, permainan dan minuman keras (1-3); kemudian ia masuki dunia bangunan, membangun rumah, dam menata perumahan (4-6). Sesudah itu ia menumpuk harta – para budak lelaki dan perempuan, kawanan ternak, perak, emas, dan harta berharga lainnya (7-8); apa saja yang ia ingin ia ambil. Tetapi akhirnya ia masih juga tidak puas, meski masih menikmati bekerja selama ia masih bisa bekerja (9-11).

            Banyak orang juga seperti itu. Kita menikmati melakukan hal-hal sehingga kita merespons tantangan dan kerja keras dan mungkin menghasilkan uang, mendirikan perusahaan, dan mampu membeli rumah mewah. Semua itu menyenangkan tetapi ketika semuanya berlalu kita menemukan bahwa semuanya bagaikan mengejar angin. Tidak satu pun memberikan kesukaan. Mungkin kita merasakan kenyamanan, kepastian, tetapi sukacita lebih dari sekadar tidak mengalami ketidaknyamanan. Untuk bersukacita harus ada semacam kepekaan bahwa hidup berharga, dan kita berarti.

            Jika kita mencari arti dan makna dalam kesenangan hidup, kita akan kecewa sebab kita mencari di tempat salah. Kesenangan yang dijanjikan oleh pencapaian adalah tipu: kita pikir kita akan mendapatkan kepuasan abadi sekali kita telah mencapainya – ternyata tidak! Sebaliknya kita menemukan apa yang Marie Antoinette katakan, ketika Anda memiliki semua tak satu pun terasa. Semakin Anda memiliki kesenangan dunia, semakin kurang gembira Anda akan mereka.

 
Apa yang memberi hidupku arti dan makna?

Arahkan pikiran Anda untuk memuji dan meminta Allah menolong Anda lebih yakin menjalani keseharian Anda karena mengingat Anda berarti di mata Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar