Sabtu, 29 Oktober 2011

Akal Budi Berdosa

Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Yohanes 8:44


Mudah sekali memiliki batas pandang baik intelektual maupun moral. Alkitab berbicara tentang si iblis sebagai musuh kebenaran juga kesalehan. Ia memimpin orang Kristen ke dalam penyalahan tanpa sadar terhadap kebenaran Allah sekuat semangatnya membawa kita ke dalam pelanggaran tanpa sadar terhadap Hukum Allah.

            Batas pandang intelektual muncul dari asimilasi tidak kritis dari berbagai kecurigaan. Semua ini bertindak dalam akal budi seperti batas pandang, dengan mengurangi secara drastis wilayah penglihatan, atau seperti kaca mata kotor, menghasilkan warna sendiri – dengan memberlakukan standar obyektif keliru kepada segala sesuatu yang terlihat. Kecurigaan tidak lain adalah tradisi dicaplok secara obral: yaitu tradisi dalam arti anggapan dan cara pandang yang mengkonfrontasi kita tanpa bisa ditantang balik dan dimasalahkan, yang mengklaim dirinya otoritatif dan karena itu normatif atas pikiran kita.

            Sekali kita telah mencapai kedewasaan intelektual dan kemandirian yang perlu, kita perlu melangkah surut dari semua tradisi yang telah kita serap dalam rangka menguji dan mengevaluasinya, supaya jika perlu kita boleh mengoreksinya dan menghindari keterbatasannya.

            Dalam teologi, kriteria untuk menguji dan memperbaiki ide-ide tradisional adalah Firman Allah tertulis, dan adalah tugas tetap gereja untuk mereformasi tradisinya berdasarkan norma terinspirasi ini. Tradisi dalam berbagai bentuknya berakibat pada isi dan pandangan iman kita masa kini. Dan setiap bagian dari warisan kita, termasuk tradisi injili, perlu diuji dan direformasi oleh Alkitab.


Apakah aku perlu meluangkan lebih banyak waktu membaca Alkitab untuk diri sendiri dan mengurangi membaca buku-buku tentang Alkitab?

Tuhan, sementara aku membaca Firman-Mu, tunjukkanku jika ada tradisi yang mengikat / membatasiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar