Senin, 24 Oktober 2011

Masyarakat Permisif

Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
Hakim-hakim 21:25


Hakim-hakim adalah kitab tentang masyarakat permisif. Buku ini mengisahkan kepada kita rincian yang menimbulkan kepedihan menusuk tulang tentang apa yang terjadi ketika orang melakukan apa yang dianggapnya benar sendiri. Buku ini adalah kisah Israel pada waktu hukum taurat Allah telah dilupakan dan ketidaksetiaan serta kemurtadan menjadi gaya hidup kebanyakan umat Israel. Negeri itu telah merosot menjadi suatu negara kekacauan, dan dalam Hakim-hakim kita menyaksikan biaya yang harus ditanggung dalam hidup manusia. Buku itu mencatat kekerasan, perampasan, pemerkosaan, pembunuhan. Dalam buku ini juga para pahlawannya – umat yang Allah pakai – adalah para kurban dalam masyarakat mereka sebagaimana banyak orang masa kini pun kurban masyarakat kita. Para pahlawan ini, lebih atau kurang, memiliki kepribadian yang bermasalah dan bercampur-aduk. Samson mungkin adalah contoh paling jelas. Kita perlu mengerti bahwa ia dan lainnya seperti itu sebab umat Allah secara bersama ada dalam keadaan moral dan spiritual yang campur-aduk, dan hal itu berdampak ke semua orang.

            Kita menyaksikan bagaimana Allah bereaksi kepada masyarakat permisif itu. “Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin empat puluh tahun lamanya” (Hk. 13:1). Dan kita dapat berharap bahwa Ia akan bereaksi sama lagi menghukum masyarakat permisif zaman kita kini. Allah bukan seperti Sinterklas. Ia memiliki sifat moral; ada hal yang Ia suka melihat dan hal yang Ia benci melihatnya dalam kehidupan manusia yang Ia ciptakan sebagai gambar-Nya; ketika kita melakukan yang Ia benci, cepat atau lambat Ia akan berespons dalam penghukuman.


Apa yang umat Allah secara umum dan gereja khususnya harus buat tentang masyarakat permisif di sekitar kita?

Tuhan, tunjukkan kami jika kami harus menjadi ragi dalam masyarakat di mana kami hidup. Berikan kami anugerah dan kerendahan hati supaya kami tidak menimbulkan pelanggaran yang tak perlu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar