Kamis, 27 Oktober 2011

Keduniawian

Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
1 Yohanes 2:15


Apakah memiliki, memakai, menikmati hal-hal baik dari dunia ini adalah duniawi? Bukan! Jika demikian, hanya orang papa yang dapat rohani! Memang, Yesus mengatakan kepada seorang muda yang kaya untuk menjual semua miliknya (Mat. 19:16-22), tetapi itu karena Ia melihat bahwa harta adalah hal terpenting dalam hidup orang itu. Salah jika menyimpulkan Yesus meminta semua orang menjual hartanya. Dalam Perjanjian Baru kita diajar cara yang benar menangani kekayaan (1Tim. 6:17-19). Kita harus menjadi penatalayan yang baik, namun tidak boleh menaruh percaya di dalamnya atau mengizinkannya memiliki kita. Memang ada sebagian orang yang masih dipanggil untuk meninggalkan hartanya. Tetapi tidak semua diminta demikian.

            Keduniawian adalah soal hati – yaitu, apa yang kita kasihi dan untuk apa kita hidup. “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya… Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1Yoh. 2:15-16). Kita diajar untuk tidak memperlakukan kesenangan, keuntungan, dan gaji seolah sasaran akhir hidup sebagaimana yang sebagian orang lakukan, tetapi untuk mengasihi dan melayani Bapa serta menyukakan Dia.

            Berarti kita harus memutuskan tentang prioritas secara benar. Sebagai anak Allah kita tidak boleh membuat keputusan yang menjadikan kesenangan, keuntungan, posisi, atau apa pun lainnya dari hidup kini, sebagai prioritas yang melebihi kehendak Bapa, kemuliaan, pekerjaan, dan umat-Nya. Paulus menulis, “Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku” (2Tim. 4:10). Ada banyak yang seperti Demas masa kini. Mereka tidak sepenuhnya meninggalkan gereja atau pelayanan Kristen, tetapi mereka meninggalkan orang lain yang memikul seluruh beban dan berkurban, lalu mereka masuk ke hal-hal yang dapat mereka buat sambil mencintai hal-hal dari zaman ini.


Bagaimana Anda mendefinisi keduniawian? Apakah titik terlemah Anda dalam hal ini?

Tuhan, perbarui terus akal budiku supaya aku boleh diubahkan (Rm. 12:1).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar