Selasa, 11 Oktober 2011

Kepuasan dalam Allah

Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
Roma 5:1


Tidak ada damai seperti yang dialami oleh mereka yang pikirannya dipenuhi oleh jaminan penuh bahwa mereka kenal Allah dan Allah kenal mereka, dan bahwa relasi itu menjamin perkenan Allah untuk mereka dalam hidup, melalui kematian, dan kekal seterusnya. Inilah kedamaian yang Paulus analisis secara penuh dalam Roma pasal 8.

            Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus… Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris… Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia… mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya… Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?… Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?... Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?… Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?... Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa… ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:1, 16-17, 28, 30, 31,33, 35, 38-39).

Itulah damai yang dikenal oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego; karenanya dengan kepuasan yang tenang mereka berdiri mempertahankan sikap mereka di hadapan ultimatum Nebukadnezar: “jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” (Dan. 3:15). Jawab mereka klasik: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku… Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku" (Dan. 3:16-19).


Apakah aku perlu menata ulang hari-hariku, agar tidak tergesa di hadapan Allah?

Tuhan, berapa aku rindu mengalami kedamaian adikodrati dari-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar