Jumat, 28 Oktober 2011

Hati yang Menipu

Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
Yeremia 17:9


Batas pandang adalah wilayah berbahaya. Sebagian kecelakaan terjadi karena batas pandang para pengendara. Kekhilafan strategis menyebabkan kekalahan dalam perang. Kekeliruan tersembunyi membuat kecelakaan pesawat terbang. Kesenjangan pengetahuan membuat kegagalan dalam ujian. Keterbatasan pandangan kita adalah hal yang sukar dikenali dan ditiadakan hanya sebab kita tidak tahu apa dan di mana mereka. Sampai kita dibuat sadar tentang keberadaan mereka, kita tidak dapat berbuat apa pun.

            Dalam perang rohani gereja melawan para penguasa dunia gelap ini, kita perlu menyadari bahwa si jahat, seperti semua jenderal hebat, memanfaatkan batas pandang musuh mereka sebanyak-banyaknya.

            Pikirkan bagaimana ia memainkan mereka dalam lingkup moral Kristen. Di sini ia memiliki sekutu penting dalam kapasitas tanpa batas dari hati manusia yang berdosa yang terbuka pada penipuan diri. “Hati penipu adanya melebihi semua yang lain” – bukan karena ia diciptakan sudah demikian tetapi karena manusia telah jatuh ke bawah kuasa dosa; dan salah satu cirinya ialah sifat menipu, yang menciptakan batas pandang pada hati nurani kita (Ibr. 3:13).

            Jadi tidak ada hal lebih mudah daripada menipu diri sendiri tentang keadaan rohani kita, untuk memberikan perhatian kepada dosa-dosa kecil, sepele, sementara yang besar, yang bercokol kuat di hati seperti kemunafikan dan kesombongan, menjadi gemuk melalui pameran perendahan diri dan perhatian berlebihan pada hal sepele. Kristus memperingatkan para murid-Nya tentang batas pandang moral (Mat. 7:3-5). Selalu lebih mudah menemukan dosa kecil daripada dosa besar baik pada orang lain, lebih lagi pada diri sendiri.


Apakah aku memusatkan perhatian pada hal sepele sambil mengabaikan hal besar dan serius dalam wilayah sifat dosaku?

Tuhan, tunjukkanku jika ada sikap atau kebiasaan buruk yang telah menjadi bagian sifatku dan perilakuku yang dengannya aku telah terbiasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar