Kamis, 13 Oktober 2011

Terbuka pada Pimpinan

Sekiranya mereka bijaksana, tentulah mereka mengerti hal ini, dan memperhatikan kesudahan mereka.
Ulangan 32:29

Siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.
Amsal 12:15


Jika kita ingin Allah memimpin kita, sikap kita harus benar.

            Pertama, kita harus mau berpikir. Adalah suatu kesalehan yang keliru, super-supernaturalisme dalam bentuk yang tak bermanfaat dan tak sehat, yang menuntut impresi hati tanpa dasar rasional, dan enggan memerhatikan peringatan tetap alkitabiah untuk mempertimbangkan fakta Allah menciptakan kita sebagai makhluk berpikir, dan Ia memimpin kita sementara kita berpikir dalam hadirat-Nya.

            Kedua, kita harus bersedia berpikir ke muka dan menimbang konsekuensi jangka panjang dari berbagai pilihan tindakan. Seringkali kita hanya dapat melihat apa yang bijak dan benar dari apa yang bodoh dan salah.

            Ketiga, kita perlu bersedia menerima nasihat. Mengabaikan mencari nasihat untuk perkara penting adalah kesombongan dan ketidakdewasaan. Selalu ada orang yang tahu Alkitab, sifat manusia, dan karunia serta keterbatasan manusia lebih daripada yang kita tahu, dan meski akhirnya kita tidak setuju dengan nasihat mereka, mempertimbangkan apa yang mereka katakan selalu akan memberi dampak baik.

            Keempat, kita harus dengan kejam bersikap jujur terhadap diri sendiri. Kita harus mencurigai diri kita: tanyakan mengapa kita merasa pilihan tindakan tertentu benar dan membuat kita memberikan alasan untuk itu.

            Kelima, kita harus bersedia menanti.”Nantikanlah Tuhan” adalah refrain yang diulang-ulang dalam banyak Mazmur dan itu peringatan yang penting, sebab Tuhan sering membuat kita menanti. Ketika kita ragu, jangan lakukan apa pun, tetapi teruslah nantikan Allah.


Apakah Anda pernah mengalami prinsip-prinsip tadi? Dapatkah menjelaskannya dalam kalimat sendiri kepada orang yang memerlukannya?

Bapa, tolong ambil rintangan anggapan “bimbingan Allah sangat sulit” dari diriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar