Selasa, 20 Desember 2011

Allah yang Konsisten

Berkatalah Manoah kepada isterinya: "Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah."
Tetapi jawab isterinya kepadanya: "Seandainya TUHAN hendak membunuh kita, maka tidaklah Ia menerima korban bakaran dan korban sajian dari tangan kita dan tidaklah Ia memperlihatkan semuanya itu kepada kita dan tidaklah Ia memperdengarkan hal-hal yang demikian kepada kita pada waktu sekarang ini."
Hakim-hakim 13:22-23


Dalam reaksi panik Manoah terkesan ada hikmat. Ia tahu Allah Israel kudus adanya dan manusia berdosa yang menatap Dia tidak dapat bertahan hidup. Ingat bagaimana Yesaya ketika melihat Allah di Bait (Yes. 6)? Hanya penyelamatan dari Allah sendiri dapat meredakan ketakutan ini. Kepanikan itu membuktikan bahwa meski Manoah teliti, ia tidak kenal benar agamanya. Ia belum menyadari bahwa Allah dapat diandalkan. Istrinya tahu hal ini. Ia tahu Allah tidak menarik kembali rencana-Nya; jika Ia meninggikan orang, Ia tidak menolak mereka; jika Ia mengikat diri dengan janji-janji-Nya Ia akan memegang perkataan-Nya. Ia memberitahu suaminya bahwa Allah pasti tidak akan melenyapkan mereka sesudah menerima kurban bakaran mereka dan memberitahu tentang kelahiran anak mereka serta rencana ilahi untuknya. Singkat kata ia berkata kepada Manoah: Allah tidak berubah-ubah – Ia konsisten! Tenanglah! Bersukacitalah!

            Ada banyak situasi yang kita rasa Allah sedang menghancurkan pengharapan yang Ia berikan kepada kita. Itulah yang dirasakan oleh dua murid yang menuju Emaus. Kita percaya bahwa Yesus penebus Israel, ujar mereka. Tetapi kini lihat apa yang terjadi. Ia mati. Yusuf mungkin juga memiliki perasaan yang sama sewaktu dipenjara di Mesir. Bagaimana dengan semua visi kebesaran yang Allah berikan kepadanya sewaktu ia remaja? Tetapi kita tahu bagaimana akhir kedua kisah itu. Pengharapan yang telah Allah berikan sungguh digenapi, meski tidak seperti yang diharapkan semula.

            Reaksi panik pada saat stres dan trauma membawa kita ke kesimpulan salah.

“Allah telah melupakan kita.” “Allah membinasakan kita.” Bagaimana menjawabnya?

Tuhan, kasih-Mu di masa lalu melarang kami berpikir Engkau akan meninggalkan kami tenggelam dalam masalah! Terima kasih atas kesetiaan-Mu kepada maksud-Mu.

Dikutip dari Buku Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr. James I. Packer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar