Senin, 05 Desember 2011

Letih? Stres? Terdorong?


Saya termasuk generasi yang melihat stres menjadi penyakit serius masa kini. Di masa kecil saya melihat orang bekerja keras, sangat keras bahkan. Tetapi umumnya mereka tahu kapan harus berhenti bekerja, kapan untuk duduk di serambi rumah sambil mengobrol, kapan untuk bepergian dan mengunjungi teman, dan kapan waktunya untuk tidur malam yang lelap. Kelelahan, pasti dialami juga pada waktu itu. Tetapi mereka tidak terus menerus mengeluh tentang kelelahan seperti yang sering kita dengar masa kini.

            Pernahkah Anda pikirkan berapa sering kita bicara tentang perasaan letih? Terkadang saya merasa jika saya tidak memberitahu kawan saya betapa letihnya saya, mereka akan meragukan saya telah melakukan hal yang berarti. Cobalah ceritakan kepada kawan Anda bahwa Anda merasa di puncak kehidupan, dan sepertinya tidak pernah lebih baik dari itu. Kemungkinan besar mereka akan curiga, Anda membuat mereka berpikir bahwa Anda kurang jujur.

            Bagaimanakah kita sampai ke hari di mana stres dan keletihan hampir merupakan lencana keberhasilan?

            Kita semua sadar bahwa ada jenis stres yang bermanfaat sebab ia mengeluarkan hal terbaik dalam diri para pencapai, atlit, atau eksekutif. Tetapi kebanyakan perhatian sekarang ini diberikan kepada hal yang berpusat pada jenis stres yang mengerdilkan ketimbang mengembangkan kapasitas manusia.

            Suatu studi mencengangkan tentang stres dilakukan oleh almarhum Dr. Thomas Holmes. Holmes dikenal karena mengembangkan Skala Peringkat Penyesuaian Sosial (Social Readjustment Rating Scale), atau yang kebanyakan kita kenal sebagai Tabel Stres Holmes (Holmes Stress Chart). Tabel Stres Holmes adalah suatu alat pengukur sederhana yang menunjukkan berapa banyak tekanan yang mungkin sedang dihadapi oleh seseorang dan seberapa dekat ia dari bahaya jasmani dan konsekuensi psikis.

            Sesudah penelitian yang memadai, berbagai peristiwa yang biasa kita alami diberikan jumlah poin oleh Holmes dan para rekannya. Setiap poin disebut sebagai “unit pengubah-hidup.” Menurut Holmes, jika jumlah poin lebih dari 200  dalam satu tahun, ini merupakan peringatan kemungkinan terjadinya serangan jantung, stres emosional, atau kesehatan orang tersebut memburuk. Kematian pasangan hidup, misalnya, menghasilkan unit pengubah hidup tertinggi, 100. Dipecat dari pekerjaan menghasilkan 47 poin, sedangkan penambahan anggota keluarga baru, 39. Tidak semua peristiwa yang menghasilkan stres digolongkan negatif oleh Holmes. Bahkan peristiwa positif dan bahagia seperti Natal (12 poin) dan liburan (13 poin) menghasilkan stres.

            Pernah juga saya bertemu dengan orang yang total poin stresnya melampaui 200.Seorang pastor yang berkunjung ke kantor saya menyampaikan bahwa total poinnya 324. Tekanan darahnya tinggi berbahaya; ia menderita sakit perut terus menerus, ia takut menderita radang pencernaan, dan tidak dapat tidur nyenyak malam hari. Suatu hari lainnya, saat makan pagi saya duduk bersebelahan dengan seorang eksekutif muda yang mengaku baru-baru ini ambisinya ialah mengumpulkan paling sedikit sejuta dollar sebelum berusia tiga puluh. Ketika ia mengukur situasinya dengan Tabel Stres Holmes, ia gentar menemukan poinnya berjumlah 412. Apakah persamaan kedua orang dari dunia bisnis dan religius ini?

            Mereka saya sebut orang-orang yang terdorong. Dan dorongan diri mereka membebani mereka dengan biaya yang mengerikan – jumlah poin tersebut hanya indikasi fakta itu. Saya memakai kata terdorong sebab, itu bukan saja memaparkan kondisi mereka dalam mengejar hidup, tetapi juga karena merupakan paparan dari cara kebanyakan kita yang tidak menghadapi realitas yang kita buat kepada diri sendiri. Barangkali kita terdorong ke arah tujuan dan sasaran tanpa mengerti mengapa. Atau kita mungkin tidak sadar tentang biaya nyata pada pikiran, tubuh, dan tentu saja hati kita. Yang saya maksud dengan hati ialah seperti yang ditulis dalam Amsal 4:23, yang darinya mengalir energi kehidupan.

Dikutip dari MENATA DUNIA PRIBADI MENITI SUKSES SEJATI
Info: 0812-270-24-870; email: waskitapublishing@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar