Sabtu, 31 Desember 2011

Pahala

Datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."
Kejadian 15:1


Apakah janji pahala dari Allah suatu motivasi, suatu dorongan untuk membuat pilihan benar? Terus terang, tidak. Pahala Kristen bukan sesuatu yang didapat secara langsung; ia bukan bayaran setimpal dari pelayanan yang diberi; ia adalah pemberian Bapa dari kemurahan anugerah-Nya kepada anak-anak-Nya, jauh melampaui apa yang mereka layak terima (Mat. 20:1-16).

            Juga janji pahala bukan sesuatu yang ditambahkan kepada tindakan yang diberikan pahala itu, melainkan tindakan itu sendiri – persekutuan dengan Allah dalam penyembahan dan pelayanan – dalam puncak kepenuhannya adalah pahala.  Janji pahala dari Allah boleh menjadi penguatan besar tetapi motifnya haruslah kasih kepada Allah dan sesama.

            C. S. Lewis membandingkan posisi kita sementara kita bergerak maju dalam kehidupan Kristen seperti murid yang belajar bahasa Yunani. Kenikmatan membaca Aeschylus dan Sophocles yang kelak diterima sebagai puncak dari semua jerih payah mempelajari tata bahasa, demikian juga kenikmatan akan Allah sebagai hasil dari kemuridan yang dihidupi kini. Tetapi pada awalnya murid itu sama sekali tidak dapat membayangkan kenikmatan itu. Sambil kemampuan Yunaninya membaik, tumbuh juga kenikmatan membaca sastra Yunani, dan ia mulai sanggup menginginkan pahala yang menantikannya. Kapasitas untuk menginginkan itu sendiri adalah pahala dalam bentuk awal. Kenikmatannya belajar Yunani kini mendorongnya bekerja makin keras dan makin asyik dengan bahasa itu.


Jika ada kewajiban lain daripada kasih dalam sikapku kepada Allah, aku mungkin belum menangkap kasih-Nya yang menakjubkan dan berkorban untukku.

Tuhan, sementara aku membaca, merenung, dan berdoa, tolongku menyelami makna kasih-Mu yang agung untukku.
Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - oleh Dr. James I. Packer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar