Kamis, 05 Januari 2012

Berpikir dan Hormat di hadapan Allah

Janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.
Pengkhotbah 5:2

Pengkhotbah memperingatkan kita tentang sikap sembrono tidak hormat yang banyak ia lihat di dunia ini (5:1-7). Melihat ke dunia Allah yang telah jatuh ke dalam dosa ini, dan melihat begitu banyak kesusahan di dalamnya dapat membawa kepada kepahitan dan akibatnya sikap tidak hormat. Jadi, “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat” (1).

Satu tanda orang bodoh ialah bicara tanpa berpikir dalam atau tidak sungguh memaksudkannya demikian; lalu ia lupa apa yang telah ia janjikan dan melanggar perkataannya sendiri. “Tepatilah nazarmu” (4) adalah aturan yang berlaku dalam bisnis dan dalam relasi kita dengan Allah. Dalam bisnis, orang mengecewakan sahabatnya, atasannya, dan rekan bisnisnya serta karenanya mungkin kehilangan promosinya jika mereka tidak melakukan apa yang mereka janjikan. Allah akan dikecewakan juga, jika kita “bernazar” kepada-Nya lalu mengatakan bahwa itu keliru. “Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya” (5).

Pengkhotbah melanjutkan: “Sebagaimana mimpi banyak, demikian juga perkataan sia-sia banyak. Tetapi takutlah akan Allah” (7). Kata takut menunjuk kepada sejenis hormat yang membuat Anda berhati-hati dengan perkataan Anda, karena tahu bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang Anda ucapkan.

Alangkah beda hidup doa kita jika kita sungguh berpikir apa yang akan kita katakan kepada Allah!

Apakah Anda tipe penyimpan atau pencurah kata-kata di hadapan Allah dan sesama?

Bapa, Anak, Roh Kudus, tolong aku untuk tidak menjadikan kebebasan dan spontanitas menjadi tergelincir ke sikap tidak hormat dan dangkal, atau menjadikan pola dan keteraturan menjadi kaku dan berkarat sehingga alur berubah menjadi kubur.

Dikutip dari Bapa Surgawi Mengasihimu - karangan Dr James I Packer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar